Langsung ke konten utama

Merdeka Di Tengah Pendemi

#OprecODOP9
#KomunitasODOP
#OneDayOnePost

Kata merdeka berasal dari kata maharddhika yang artinya kaya, sejahtera, dan kuat. Jadi merdeka dalam bahasa Indonesia bermakna bebas tidak tidak tergantung. Merdeka bagi bangsa Indonesia kala itu adalaj bebas  dari penjajahan negara lain. Banyak yang telah dikorbankan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Harta dan nyawa yang tidak terhitung jumlahnya.

Setiap tahun perayaan hari kemerdekaan, diisi dengan berbagai kegiatan dari tingkat pusat hingga lingkungan RT, bermacam perlombaan diadakan untuk memeriahkan acara. Tak kalah pentingnya kegiatan tersebut dapat mempererat tali silahturahmi antar warga. Kegiatan perlombaan juga bisa membuat warga lebih dekat dan saling membantu juga dapat menciptakan keharmonisan antar warga.

Namun, sudah dua tahun ini kegiatan tersebut ditiadakan. Pandemi karena wabah virus covid 19 adalah penyebabnya.  Pandemi membuat semua kegiatan warga terbatas, tidak bisa berkumpul, bercengkerama semua kegiatan yang mengumpulkan banyak orang ditiadakan. Covid 19 seperti penjajah yang telah merenggut kebebasan kita semua.

Upacara pengibaran bendera juga sangat berbeda, seperti siswa lainnya anakku mengikuti upacara melalui tayangan televisi, sungguh mengharukan. Saat pengibaran bendera, si anak menghormat bendera yanng ada di layar kaca itu. Sedikit lucu tapi juga menyedihkan.

Besar harapan kita semua, pandemi cepat berlalu. Dengan diadakannya  vaksin secara masal, semoga cepat bisa mengatasi pandemi yang melanda.

Ingin rasanya melihat anak berangkat sekolah dan menyambutnya saat dia pulang, ingin rasanya bertemu dengan orang tua di kampung halaman, ingin rasanya bersilahturahmi dengan teman dan melanjutkan kegiatan seperti sebelum adanya pandemi.

Semoga harapan kita semua segera terwujud, sehingga kita bisa merasakan merdeka yang sesungguhnya. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Saya ingin bicara. [6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Saya makin lelah dengan keberadaan saya di penulisan. [6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Jika memang keberadaan saya di penulisan menjadi masalah untuk orang lain, saya akan mundur dengan segera. [6/11/2021 20:47] PB Raka Sena: Terkait siapa pun saya, mohon jangan mencari tahu terlalu banyak. Agama saya, masa lalu saya, status saya rasanya bukan hal penting untuk Teman-teman. Cukup kenali saya sebagai Raka Sena. [6/11/2021 20:47] PB Raka Sena: Jika selama mengenal saya pernah melukai ataupun merugikan Teman-teman, saya mohon maaf. [6/11/2021 20:49] PB Raka Sena: Fabula Publisher bermasalah di hari terakhir pendaftaran. Setelah posting PO kedua Kafaah banyak bermunculan orang-orang yang saya komunikasi pun tidak. [6/11/2021 20:49] PB Raka Sena: Saya merasa tidak merugikan mereka. [6/11/2021 20:50] PB Raka Sena: Fabula Diskusi mengundang member secara terbuka. [6/11/2021 20:50] PB Raka Sena: Saya tidak tahu s...

Panggil Aku Ramadan

Part 2 Seorang ibu duduk dengan terkantuk-kantuk sambil memegang keranjang kecil di pangkuannya. Keranjang berisi sayur-mayur, tahu, tempe, juga sebungkus ikan asin biji nangka. Ibu itu terbangun ketika tib-tiba sopir mengerem secara mendadak. Bahkan keranjang yang dia pegang hampir menindih si anak kecil yang duduk di sebelahnya. Ibu itu menoleh pada anak itu, "Kamu sendirian? Mau ke mana?" tanyanya. "Dari pasar, Cil. Ini mau ke sekolah," jawab anak tersebut.  Empat ibu-ibu naik ke taksi yang mereka tumpangi, salah satunya duduk di sebelah kiri anak tersebut. Sekarang anak itu terjepit diantara dia ibu yang sama-sama memangku bawaan banyak. Sopir taksi kembali melajukan kendaraan. Kali ini sang laju taksi lebih cepat dari sebelumnya.  Jumlah penumpang telah mencapai delapan orang. Bahkan, sekarang taksi telah dipenuhi dengan berbagai macam bawaan penumpang. Bahkan, ada  dua karung bertumpuk di dekat pintu taksi, entah apa isi karung itu. Taksi melaju dengan kencang...

Rahasia Gunung Semeru

Part VII Pria itu menerima gulungan kain dengan hormat, dia juga membungkukkan badannya saat menerima gulungan itu dan perlahan membukanya. Sesaat pria itu melihat Sans dan menarik nafas panjang sebelum mulai membaca dia berkata, "Ini peninggalan Empu Bameswara Tirtayasa  ditulis pada masa Khadiri. Tulisan ini memakai Bahasa Jawa Kuno dengan huruf Kuadrat." tentu saja Tuan sudah lupa. "Lupa?" tanya Sans tidak mengerti. "Kala itu, Tuan adalah panglima kami, junjungan kami, panutan kami, juga pengayom kami," jelas pria itu. "Thihita Ka Rana. Itu selalu Tuan ajarkan pada kami," lanjutnya. Dahi Sans mengernyit, dia sama sekali tidak mengerti. Namun, dia menunggu penjelasan pria itu. "Sikap hidup yang seimbang antara memuja Tuhan dengan mengapdi pada sesama manusia serta mengembangkan kasih sayang pada alam dan lingkungan. Jadi selain hidup rukun dengan sesama manusia, masyarakat juga diajarkan rukun dengan alam," itu yang selalu...