Langsung ke konten utama

Belanja

PERILAKU WAH DARI PRIA BERPENAMPILAN TIDAK WAH


Selama pandemi belanja di warung dekat rumah salah satu kegiatan yang tanpa aku sadari telah memberikan pelajaran hidup. Kemarin aku ceritakan seorang pria muda dengan penampilan yang wah, tetapi berperilaku tidak wah, saat berbelanja. 

Maka hari ini aku akan bercerita tentang sikap seorang pria dengan penampilan tidak wah, tetapi berperilaku sangat wah, mau tahu?

      ***
Balikpapan mempunyai curah hujan yang tinggi, maka tak heran kalau cuaca berubah secara cepat. Seperti  ibu rumah tangga pada umumnya aku mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan kali ini aku membersihkan rumput yang tumbuh subur di lahan kosong sebelah rumah.  Akan tetapi sekitar pukul, 09.00 tiba-tiba hujan turun dengan deras dan hingga sore barulah reda. 

Untuk memenuhi kebutuhan dapur walau menjelang magrib aku tetap pergi belanja di warung langganan yang terletak dua kilo meter dari rumah. Jalanan di kampung tempat tinggalku termasuk sepi, tetapi begitu sampai di jalan raya baru merasakan keramaian layaknya kota-kota besar.

Sampai di warung yang menjadi tujuanku ternyata sudah banyak ibu-ibu yang mengantri belanja. Layaknya ibu-ibu pada umumnya, mereka mengobrolkan hal-hal yang lagi heboh, mulai dari artis, harga sembako, sinetron, juga tak lupa tentang wabah virus covid 19 yang sedang melanda.

Dari kami tidak saling kenal, akan tetapi bisa menjadi kompak saat membicarakan hal yang sama-sama kami gemari. Sinetron di sebuah televisi swasta salah satu yang membuat obrolan menjadi seru. Bahkan ada diantara kami yang sebenarnya sudah selesai berbelanja, tetapi tidak beranjak pulang.

Di saat ibu-ibu asik membahas sinetron, datang seorang pria sekira umur tiga puluhan. Memakai kaos salah satu partai peserta pemilu tahun kemarin, celana pendek bahan kaos dan terlihat lusuh. Ia memilih milih kangkung, lalu bertanya, "Bu, kangkungnya berapa?"

"Sembilan ribu, Mas," jawab ibu penjual, yang lagi menimbang bawang.

"Kangkung satu, sama tempe satu, jadi berapa?" tanya pria itu sambil ia mengambil satu tempe yang ukuran besar.

Ibu penjual itu langsung mengambil kangkung dan tempe dari pria itu dan memasukkan ke kantong plastik dan berkata, "Semua empat belas ribu,"

Mendengar perkataan ibu penjual, pria itu tampak merogoh kantong celananya dan terlihat sedikit bingung, "Maaf, tempenya ganti yang kecil saja, Bu, uangnya endak cukup," sambil bicara pria itu menyodorkan uang koin ke ibu penjual.

"Endak apa-apa kurang," ucap ibu penjual.

"Jangan, Bu, saya endak mau berhutang,"

Mendengar ucapan pria itu, ibu penjual mengambil tempe yang ada di kantong plastik lalu menggantinya dengan tempe yang ukurannya lebih kecil dan menyerahkan kantong plastik  ke pria itu.

Wajah pria itu terlihat ceria saat menerima kantong plastik berisi seikat kangkung dan tempe ukuran kecil lalu ia berbalik dan berjalan menjauhi warung. 

Aku tertegun melihat pria itu berjalan dengan semangat, sampai aku tidak tahu kapan  ibu-ibu tadi membubarkan diri ....




 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Saya ingin bicara. [6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Saya makin lelah dengan keberadaan saya di penulisan. [6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Jika memang keberadaan saya di penulisan menjadi masalah untuk orang lain, saya akan mundur dengan segera. [6/11/2021 20:47] PB Raka Sena: Terkait siapa pun saya, mohon jangan mencari tahu terlalu banyak. Agama saya, masa lalu saya, status saya rasanya bukan hal penting untuk Teman-teman. Cukup kenali saya sebagai Raka Sena. [6/11/2021 20:47] PB Raka Sena: Jika selama mengenal saya pernah melukai ataupun merugikan Teman-teman, saya mohon maaf. [6/11/2021 20:49] PB Raka Sena: Fabula Publisher bermasalah di hari terakhir pendaftaran. Setelah posting PO kedua Kafaah banyak bermunculan orang-orang yang saya komunikasi pun tidak. [6/11/2021 20:49] PB Raka Sena: Saya merasa tidak merugikan mereka. [6/11/2021 20:50] PB Raka Sena: Fabula Diskusi mengundang member secara terbuka. [6/11/2021 20:50] PB Raka Sena: Saya tidak tahu s...

Panggil Aku Ramadan

Part 2 Seorang ibu duduk dengan terkantuk-kantuk sambil memegang keranjang kecil di pangkuannya. Keranjang berisi sayur-mayur, tahu, tempe, juga sebungkus ikan asin biji nangka. Ibu itu terbangun ketika tib-tiba sopir mengerem secara mendadak. Bahkan keranjang yang dia pegang hampir menindih si anak kecil yang duduk di sebelahnya. Ibu itu menoleh pada anak itu, "Kamu sendirian? Mau ke mana?" tanyanya. "Dari pasar, Cil. Ini mau ke sekolah," jawab anak tersebut.  Empat ibu-ibu naik ke taksi yang mereka tumpangi, salah satunya duduk di sebelah kiri anak tersebut. Sekarang anak itu terjepit diantara dia ibu yang sama-sama memangku bawaan banyak. Sopir taksi kembali melajukan kendaraan. Kali ini sang laju taksi lebih cepat dari sebelumnya.  Jumlah penumpang telah mencapai delapan orang. Bahkan, sekarang taksi telah dipenuhi dengan berbagai macam bawaan penumpang. Bahkan, ada  dua karung bertumpuk di dekat pintu taksi, entah apa isi karung itu. Taksi melaju dengan kencang...

Rahasia Gunung Semeru

Part VII Pria itu menerima gulungan kain dengan hormat, dia juga membungkukkan badannya saat menerima gulungan itu dan perlahan membukanya. Sesaat pria itu melihat Sans dan menarik nafas panjang sebelum mulai membaca dia berkata, "Ini peninggalan Empu Bameswara Tirtayasa  ditulis pada masa Khadiri. Tulisan ini memakai Bahasa Jawa Kuno dengan huruf Kuadrat." tentu saja Tuan sudah lupa. "Lupa?" tanya Sans tidak mengerti. "Kala itu, Tuan adalah panglima kami, junjungan kami, panutan kami, juga pengayom kami," jelas pria itu. "Thihita Ka Rana. Itu selalu Tuan ajarkan pada kami," lanjutnya. Dahi Sans mengernyit, dia sama sekali tidak mengerti. Namun, dia menunggu penjelasan pria itu. "Sikap hidup yang seimbang antara memuja Tuhan dengan mengapdi pada sesama manusia serta mengembangkan kasih sayang pada alam dan lingkungan. Jadi selain hidup rukun dengan sesama manusia, masyarakat juga diajarkan rukun dengan alam," itu yang selalu...