Langsung ke konten utama

Mencari Teman

MENCARI TEMAN 5
Mengikat Jala Di Pohon Kedua


Aku dan teman lain mengikuti Sulhan, merebahkan diri kemudian memandang Langit yang tampak memesona. Dari celah dedaunan terlihat pula Matahari yang mulai meninggi dan kamipun sibuk dengan pikiran masing-masing. Suasana sepi tanpa ada candaan kami, hanya ada suara gesekan daun dan ranting yang diterpa angin. Sesaat akupun terlena dan sedikit mengantuk karena terpaan angin.

Sampai akhirnya, Irfan memecah kesunyian dengan bertanya pada kami, "Siapa lagi, nih, yang manjat?" Tanyanya sambil bangkit dari tidurnya kemudian duduk menopang dagu menghadap ke kami yang masih berbaring.

"Kamu, lah!" jawabku spontan karena tahu Irfan juga jago memanjat.

"Iya, kamu, Fan! nanti aku giliran yang lepas." Jawab Ririn sambil bangun dari baringnya.

Irfan tampak tidak keberatan, karena itu  dia tidak membantah, maka yang lainpun ikut bangun dan berdiri, lalu aku mengambil salah satu ujung jala yang menjuntai dari pohon pertama.

Tugas Irfan membawa ujung jala ke pohon lainnya dan mengikat di dahan paling tinggi. Ujung jala yang sudah ku pegang ada tali yang bisa diikat dilengan atau pinggang pemanjat dan kali ini Irfan mengikat di pinggang kemudian mulai memanjat pohon yang sudah kami tentukan.

Irfan terlihat hati-hati saat memanjat karena tidak seperti Sulhan, kali ini di pinggang Irfan terikat jala yang terulur dari pohon yang lain. Pastinya akan berbahaya kalau jala itu menyangkut di dahan dan menarik Irfan.

Tidak lama kemudian Irfan sampai di dahan yang tinggi, terlihat dari bawah dia duduk di dahan dengan salah satu tangannya memeluk dahan utama kemudian dia mengkaitkan ujung jala di dahan itu. Setelah jala terikat di dahan Irfan melepas tali jala yang ada di pinggangnya. Ujung jala yang dibuatkan pengait dari kawat selain kuat juga memudahkan kami untuk mengikat di dahan, jadi bisa dikerjakan juga oleh kami yang masih anak-anak. Irfan terlihat sudah menyelesaikan pekerjaannya dan bersiap turun.

Irfan terlihat pelan saat menuruni pohon, aku paham kenapa irfan begitu hati-hati karena dia pernah jatuh dari Pohon Nangka saat turun dengan cara meluncur dan pahanya robek tersangkut dahan yang patah darahpun mengalir, saat itu kami semua ketakutan. Untungnya saat itu ada Pak Nari tetangga kami yang langsung membawanya ke Puskesmas. Paha Irfan dijahit sepanjang jari dan dia tidak bisa bermain dengan kami selama seminggu. Peristiwa itu merupakan peristiwa yang mengerikan bagi kami.

Peristiwa jatuhnya Irfan tidak membuat kami jera untuk memanjat pohon, hanya saja kami sekarang lebih berhati-hati saat memanjat dan tidak memanjat atau menginjak dahan pohon yang terlihat sudah lapuk.


Bersambung ....

Balikpapan, 9 September 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Saya ingin bicara. [6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Saya makin lelah dengan keberadaan saya di penulisan. [6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Jika memang keberadaan saya di penulisan menjadi masalah untuk orang lain, saya akan mundur dengan segera. [6/11/2021 20:47] PB Raka Sena: Terkait siapa pun saya, mohon jangan mencari tahu terlalu banyak. Agama saya, masa lalu saya, status saya rasanya bukan hal penting untuk Teman-teman. Cukup kenali saya sebagai Raka Sena. [6/11/2021 20:47] PB Raka Sena: Jika selama mengenal saya pernah melukai ataupun merugikan Teman-teman, saya mohon maaf. [6/11/2021 20:49] PB Raka Sena: Fabula Publisher bermasalah di hari terakhir pendaftaran. Setelah posting PO kedua Kafaah banyak bermunculan orang-orang yang saya komunikasi pun tidak. [6/11/2021 20:49] PB Raka Sena: Saya merasa tidak merugikan mereka. [6/11/2021 20:50] PB Raka Sena: Fabula Diskusi mengundang member secara terbuka. [6/11/2021 20:50] PB Raka Sena: Saya tidak tahu s...

Panggil Aku Ramadan

Part 2 Seorang ibu duduk dengan terkantuk-kantuk sambil memegang keranjang kecil di pangkuannya. Keranjang berisi sayur-mayur, tahu, tempe, juga sebungkus ikan asin biji nangka. Ibu itu terbangun ketika tib-tiba sopir mengerem secara mendadak. Bahkan keranjang yang dia pegang hampir menindih si anak kecil yang duduk di sebelahnya. Ibu itu menoleh pada anak itu, "Kamu sendirian? Mau ke mana?" tanyanya. "Dari pasar, Cil. Ini mau ke sekolah," jawab anak tersebut.  Empat ibu-ibu naik ke taksi yang mereka tumpangi, salah satunya duduk di sebelah kiri anak tersebut. Sekarang anak itu terjepit diantara dia ibu yang sama-sama memangku bawaan banyak. Sopir taksi kembali melajukan kendaraan. Kali ini sang laju taksi lebih cepat dari sebelumnya.  Jumlah penumpang telah mencapai delapan orang. Bahkan, sekarang taksi telah dipenuhi dengan berbagai macam bawaan penumpang. Bahkan, ada  dua karung bertumpuk di dekat pintu taksi, entah apa isi karung itu. Taksi melaju dengan kencang...

Rahasia Gunung Semeru

Part VII Pria itu menerima gulungan kain dengan hormat, dia juga membungkukkan badannya saat menerima gulungan itu dan perlahan membukanya. Sesaat pria itu melihat Sans dan menarik nafas panjang sebelum mulai membaca dia berkata, "Ini peninggalan Empu Bameswara Tirtayasa  ditulis pada masa Khadiri. Tulisan ini memakai Bahasa Jawa Kuno dengan huruf Kuadrat." tentu saja Tuan sudah lupa. "Lupa?" tanya Sans tidak mengerti. "Kala itu, Tuan adalah panglima kami, junjungan kami, panutan kami, juga pengayom kami," jelas pria itu. "Thihita Ka Rana. Itu selalu Tuan ajarkan pada kami," lanjutnya. Dahi Sans mengernyit, dia sama sekali tidak mengerti. Namun, dia menunggu penjelasan pria itu. "Sikap hidup yang seimbang antara memuja Tuhan dengan mengapdi pada sesama manusia serta mengembangkan kasih sayang pada alam dan lingkungan. Jadi selain hidup rukun dengan sesama manusia, masyarakat juga diajarkan rukun dengan alam," itu yang selalu...