Langsung ke konten utama

Mengapa Menulis?

#Tema_Mengapa_Menulis
#ODOP

Mengapa menulis? jika pertanyaan itu buatku ...  pasti jawabannya akan panjang. Sepanjang Kereta Api Argo Bromo atau setinggi Gunung Bromo, tetapi tidak selebar daun kelor. Kok jadi membahas daun peluntur susuk, ya?

Baiklah waktunya serius, aku dari kecil suka puisi, bahkan saat duduk di bangku Sekolah Taman Kanak-kanak aku sudah pentas diacara tujuh belas Agustusan dan membaca puisi berjudul Tuhan. Semakin besar keinginanku untuk belajar puisi semakin besar pula, tetapi saat itu tidak ada yang membimbing. Akhirnya hanya bisa membaca dan menghafal puisi yang ada di buku pelajaran Bahasa Indonesia.

Saat duduk di bangku SMP perpustakaannya sudah agak lengkap, bahkan buku sastra juga tersedia. Maka aku mulai betah belama-lama membaca di perpustakaan sekolah juga sesekali meminjam untuk dibaca di rumah.

Dengan banyak membaca tanpa aku sadari keinginan untuk menulis mulai timbul, karena aku pengurus kelas ---sekretaris---mulailah aku memanfaatkan kemudahan yaitu menggunakan kapur tulis. Kala itu seorang sekretaris kelas diberi tanggung jawab membawa kapur tulis, jadi aku sering menggunakannya untuk menulis puisi di papan presensi. Semua kegiatan tulis menulis itu berlanjut di bangku SMA, tetapi kali ini menulis di buku harian. Apapun aku tulis bisa tentang perasaan; bahagia, sedih, marah, kecewa, juga harapan. Karena menulis bisa menumpahkan segalanya, maka hidupku lebih bewarna dan tidak monoton.

Aku juga pernah mengikuti komunitas yang didalamnya diajarkan semua jenis kesenian dan salah satunya diajarkan menulis cerita, baik cerita pendek ataupun cerita bergambar. Maka saat itu aku mulai belajar menulis cerita  pendek dengan serius, meskipun hasilnya belum bagus. Sesuai anjuran kakak pengasuh aku sering mengirim naskah ke  media cetak tetapi belum pernah terpilih, tetapi aku tidak putus asa dan terus menulis di buku tulis tebal yang aku beli. Sampai akkhirnya aku harus meninggalkan tanah Jawa dan mengikuti suami di Kalimantan.

Selama enam belas tahun sibuk dengan keluarga kecilku, suatu hari aku menemukan grup membaca diaplikasi FB, maka mulailah aku membaca secara rutin di beberapa  grup literasi. Setahun menjadi pembaca, kesukaanku menulis mulai timbul lagi dan mulailah aku menulis di grup-grup itu dan mengikuti berbagai event. Sesekali menang di event kecil membuatku lebih percaya diri dan untuk menambah wawasan aku mulai mengikuti kelas literasi. Mulai kelas gratisan sampai kelas berbayar telah aku ikuti.

Mengikuti event dan kelas menulis banyak keuntungannya, salah satunya banyak kenalan dari berbagai daerah. Suatu hari aku berkirim pesan dengan teman yang menjadi admin digrup kelas yang pernah aku ikuti, tujuanku untuk menanyakan kapan ada kelas lanjutan, tetapi si teman justru menceritakan tentang Komunitas One Day One Post  [ODOP], yang sebentar lagi akan mengadakan Oprec.

Atas saran si teman akupun mulai mencari tahu apa itu Oprec dan Komunitas One Day One Post di Ig mereka. Setelah mengerti dan mempelajari persyaratan untuk pendaftaran maka akupun mempersiapkan persyaratannya. 

Dan di sinilah aku sekarang, meskipun kesulitan tetapi aku akan berusaha untuk mengikuti semua tantangan yang sudah dipersiapkan oleh panitia. 

Satu dan yang utama alasan kenapa aku mengikuti berbagai even dan kelas kepenulisan adalah memberi contoh pada anakku, bahwa belajar itu tidak mengenal usia. Aku ingin anakku mempersiapkan diri dari sekarang agar masa depan dia bisa lebih baik daripada orangtuanya. Semoga anakku lebih bersemangat untuk menimba ilmu. Aamii ....


Balikpapan, 5 September 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Saya ingin bicara. [6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Saya makin lelah dengan keberadaan saya di penulisan. [6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Jika memang keberadaan saya di penulisan menjadi masalah untuk orang lain, saya akan mundur dengan segera. [6/11/2021 20:47] PB Raka Sena: Terkait siapa pun saya, mohon jangan mencari tahu terlalu banyak. Agama saya, masa lalu saya, status saya rasanya bukan hal penting untuk Teman-teman. Cukup kenali saya sebagai Raka Sena. [6/11/2021 20:47] PB Raka Sena: Jika selama mengenal saya pernah melukai ataupun merugikan Teman-teman, saya mohon maaf. [6/11/2021 20:49] PB Raka Sena: Fabula Publisher bermasalah di hari terakhir pendaftaran. Setelah posting PO kedua Kafaah banyak bermunculan orang-orang yang saya komunikasi pun tidak. [6/11/2021 20:49] PB Raka Sena: Saya merasa tidak merugikan mereka. [6/11/2021 20:50] PB Raka Sena: Fabula Diskusi mengundang member secara terbuka. [6/11/2021 20:50] PB Raka Sena: Saya tidak tahu s...

Panggil Aku Ramadan

Part 2 Seorang ibu duduk dengan terkantuk-kantuk sambil memegang keranjang kecil di pangkuannya. Keranjang berisi sayur-mayur, tahu, tempe, juga sebungkus ikan asin biji nangka. Ibu itu terbangun ketika tib-tiba sopir mengerem secara mendadak. Bahkan keranjang yang dia pegang hampir menindih si anak kecil yang duduk di sebelahnya. Ibu itu menoleh pada anak itu, "Kamu sendirian? Mau ke mana?" tanyanya. "Dari pasar, Cil. Ini mau ke sekolah," jawab anak tersebut.  Empat ibu-ibu naik ke taksi yang mereka tumpangi, salah satunya duduk di sebelah kiri anak tersebut. Sekarang anak itu terjepit diantara dia ibu yang sama-sama memangku bawaan banyak. Sopir taksi kembali melajukan kendaraan. Kali ini sang laju taksi lebih cepat dari sebelumnya.  Jumlah penumpang telah mencapai delapan orang. Bahkan, sekarang taksi telah dipenuhi dengan berbagai macam bawaan penumpang. Bahkan, ada  dua karung bertumpuk di dekat pintu taksi, entah apa isi karung itu. Taksi melaju dengan kencang...

Rahasia Gunung Semeru

Part VII Pria itu menerima gulungan kain dengan hormat, dia juga membungkukkan badannya saat menerima gulungan itu dan perlahan membukanya. Sesaat pria itu melihat Sans dan menarik nafas panjang sebelum mulai membaca dia berkata, "Ini peninggalan Empu Bameswara Tirtayasa  ditulis pada masa Khadiri. Tulisan ini memakai Bahasa Jawa Kuno dengan huruf Kuadrat." tentu saja Tuan sudah lupa. "Lupa?" tanya Sans tidak mengerti. "Kala itu, Tuan adalah panglima kami, junjungan kami, panutan kami, juga pengayom kami," jelas pria itu. "Thihita Ka Rana. Itu selalu Tuan ajarkan pada kami," lanjutnya. Dahi Sans mengernyit, dia sama sekali tidak mengerti. Namun, dia menunggu penjelasan pria itu. "Sikap hidup yang seimbang antara memuja Tuhan dengan mengapdi pada sesama manusia serta mengembangkan kasih sayang pada alam dan lingkungan. Jadi selain hidup rukun dengan sesama manusia, masyarakat juga diajarkan rukun dengan alam," itu yang selalu...