Langsung ke konten utama

Tugas pekan Ke 4

OPINI CERPEN KE 2

Tidak terasa saya mengikuti oprec9 telah memasuki pekan ke empat dan kali ini mendapat tugas membuat opini tentang cerpen yang bisa dipilih. Kelihatan gampang tapi sebenarnya sulit bahkan saat memilih harus beropini cerpen yang mana, saya harus bolak balik baca cerpen satu ke cerpen lainnya.

Tapi akhirnya saya memilih cerpen ke dua yang berjudul 
 
   Setelah Para Tetua Pergi
   Oleh  Achmad Ikhtiar

Saya berusaha memahami isi cerpen ini, tetapi empat kali membaca masih juha belum yakin dengan pemahaman saya terhadap isi cerpen ini. Hingga akhirnya saya meminta pendapat anak saya dan dari dia saya mendapat gambaran tentang cerpen ini. Bahkan ada satu kata yang dikatakan anak saya sering disebut dalam film kartun yang ia tonton.

Setelah berdiskusi dengan anak saya, maka saya pun membaca sekali lagi cerpen ini dan mencari beberapa kata yang menurut saya sebagai kata kunci dalam cerpen ini. Kata ini juga menarik perhatian serta menyita fokus pembaca untuk mencari tahu maknanya. Sehingga sedikit banyak menggeser perhatian pembaca akan isi cerpen ini.

Dan kata-kata itu adalah

1. Nubuat
Nubuat adalah catatan leluhur yang mencatat peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Agak mirip dengan ramalan akan tetapi Nurbuat bersifat pasti.
Dalam film kartun kata ini juga sering digunakan. Akan tetapi tetapi saya tidak tahu apakah Nurbuat yang ada di cerpen ini sama maksudnya dengan Nurbuat yang ada di film kartun.

2. Beretta
Beretta adalah produsen komponen senjata api tertua di dunia dan masih aktif bisnisnya hingga sekarang. Beretta didirikan pada tahun 1526 yang produk pertamanya dipakai oleh armada Venesia dalam pertempuran Le panto pada tahun 1571.

3. Cerutu
Cerutu adalah gulungan utuh daun tembakau kering dan difermentasikan.

4. Entitas
Entitas adalah sesuatu yang memiliki keberadaan yang tidak umum dan berbeda dari yang lainnya. Atau yang umum disebut abstrak.

Dari makna kata kunci di atas maka saya berpendapat bahwa cerpen ini mengisahkan tentang seseorang yang bercerita pada anak cucunya tentang kejadian masa lampau. Segala hal yang dihadapi oleh leluhur mereka dan hal-hal yang mereka perjuangkan.

Cerpen ini juga memberi contoh pada anak cucunya untuk rela berkorban demi masa depan, sebagaimana yang dicontohkan oleh nenek moyang mereka.

Cerpen ini banyak mengunakan kalimat dan kata yang tidak umum, sehingga tidak mudah untuk mengerti. Mungkin bagi pembaca yang mengerti sastra akan bisa langsung mengerti makna dibalik cerpen ini dengan sekali baca, tetapi tidak bagi saya yang tidak mengerti sastra.

Terakhir, cerpen ini tetap bagus dengan segala rahasia yang tersembunyi dibalik narasi-narasi di dalamnya.

Terima kasih


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Saya ingin bicara. [6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Saya makin lelah dengan keberadaan saya di penulisan. [6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Jika memang keberadaan saya di penulisan menjadi masalah untuk orang lain, saya akan mundur dengan segera. [6/11/2021 20:47] PB Raka Sena: Terkait siapa pun saya, mohon jangan mencari tahu terlalu banyak. Agama saya, masa lalu saya, status saya rasanya bukan hal penting untuk Teman-teman. Cukup kenali saya sebagai Raka Sena. [6/11/2021 20:47] PB Raka Sena: Jika selama mengenal saya pernah melukai ataupun merugikan Teman-teman, saya mohon maaf. [6/11/2021 20:49] PB Raka Sena: Fabula Publisher bermasalah di hari terakhir pendaftaran. Setelah posting PO kedua Kafaah banyak bermunculan orang-orang yang saya komunikasi pun tidak. [6/11/2021 20:49] PB Raka Sena: Saya merasa tidak merugikan mereka. [6/11/2021 20:50] PB Raka Sena: Fabula Diskusi mengundang member secara terbuka. [6/11/2021 20:50] PB Raka Sena: Saya tidak tahu s...

Panggil Aku Ramadan

Part 2 Seorang ibu duduk dengan terkantuk-kantuk sambil memegang keranjang kecil di pangkuannya. Keranjang berisi sayur-mayur, tahu, tempe, juga sebungkus ikan asin biji nangka. Ibu itu terbangun ketika tib-tiba sopir mengerem secara mendadak. Bahkan keranjang yang dia pegang hampir menindih si anak kecil yang duduk di sebelahnya. Ibu itu menoleh pada anak itu, "Kamu sendirian? Mau ke mana?" tanyanya. "Dari pasar, Cil. Ini mau ke sekolah," jawab anak tersebut.  Empat ibu-ibu naik ke taksi yang mereka tumpangi, salah satunya duduk di sebelah kiri anak tersebut. Sekarang anak itu terjepit diantara dia ibu yang sama-sama memangku bawaan banyak. Sopir taksi kembali melajukan kendaraan. Kali ini sang laju taksi lebih cepat dari sebelumnya.  Jumlah penumpang telah mencapai delapan orang. Bahkan, sekarang taksi telah dipenuhi dengan berbagai macam bawaan penumpang. Bahkan, ada  dua karung bertumpuk di dekat pintu taksi, entah apa isi karung itu. Taksi melaju dengan kencang...

Rahasia Gunung Semeru

Part VII Pria itu menerima gulungan kain dengan hormat, dia juga membungkukkan badannya saat menerima gulungan itu dan perlahan membukanya. Sesaat pria itu melihat Sans dan menarik nafas panjang sebelum mulai membaca dia berkata, "Ini peninggalan Empu Bameswara Tirtayasa  ditulis pada masa Khadiri. Tulisan ini memakai Bahasa Jawa Kuno dengan huruf Kuadrat." tentu saja Tuan sudah lupa. "Lupa?" tanya Sans tidak mengerti. "Kala itu, Tuan adalah panglima kami, junjungan kami, panutan kami, juga pengayom kami," jelas pria itu. "Thihita Ka Rana. Itu selalu Tuan ajarkan pada kami," lanjutnya. Dahi Sans mengernyit, dia sama sekali tidak mengerti. Namun, dia menunggu penjelasan pria itu. "Sikap hidup yang seimbang antara memuja Tuhan dengan mengapdi pada sesama manusia serta mengembangkan kasih sayang pada alam dan lingkungan. Jadi selain hidup rukun dengan sesama manusia, masyarakat juga diajarkan rukun dengan alam," itu yang selalu...