Sans memandang sekelilingnya, sepi, hanya suara kemerisik daun yang bergoyang diyerpa angin. Sans kembali bergumam, "Tempat apa ini?"
Sans berdiri lalu berkata, "Jalan yang tadi mana ya? kok hilang?" sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Sans menatap sekeliling danau, tetapi dia tidak menemukan jalan ataupun Mbah Dipo. Lalu pandangannya kembali mengarah ke air danau yang terlihat mirip dengan hamparan karpet warna biru. Air danau sangat tenang tidak ada riak, melihatnya membuat Sans mengantuk.
Sans mencari tempat untuk merebahkan diri di pinggir danau. Tidak peduli dengan keadaan tanah yang sedikit lembab dia tetap merebahkan diri dan berbantal batu pipih.
Entah berapa lama Sans terlelap, dia terbangun saat ada sehalai daun jatuh di wajahnya. Dia melenguh sebelum tersadar bahwa dia terlelap di tempat yang tidak biasa. Sans spontan berdiri dan memutar badan untuk melihat sekeliling.
Saat melihat sekeliling danau, mata Sans menangkap sosok yang dia kenali sebagai Mbah Dipo. Perlahan dia mendekati sosok itu dan setelah dekat, pria itu menoleh pada Sans, lalu berkata, "Lihatlah ...!" sambil menunjuk ke arah danau, "Itulah, Danau Ranukumbolo, yang ingin kamu datangi," lanjut pria itu.
Mendengar nama Danau Ranukumbolo Sans tampak terkejut dan spontan melihat ke arah danau, lalu berbalik melihat Mbah Dipo dan bertanya, "Benarkah? benar, Mbah. I-itu Danau Ranukumbolo?"
"Hemm ..." jawab Mbah Dipo singkat. "Apa kau ingin menjumpainya?" lanjut Mbah Dipo.
"Jumpa? dengan siapa? saya tidak mengerti, Mbah," jawab Sans.
Mendengar pertanyaan Sans, Mbah Dipo berdiri dan berjalan mendekati pinggir danau, "Putri ... dia sudah di sini. Lihatlah!" teriak Mbah Dipo, entah pada siapa.
Tak lama kemudian air danau bergolak, bahkan air yang semula berwarna biru kini perlahan berubah keruh. Melihat itu Sans berjalan mendekati Mbah Dipo, lalu bertanya, "Putri siapa, Mbah?"
"Tidak usah banyak tanya, tunggu saja!" jawabbah Dipo.
Air danau yerus bergolak dan kini semakin cepat, bahkan riaknya menimbulkan suara gemuruh sampai akhirnya dari tengah danau muncul ikan mas yang sangat besar. Sisiknya kuning keemasan dan berkilau terkena sinar matahari. Ikan itu lantas menepi dan mendekati lokasi Sans dan Mbah Dipo berdiri.
Mbah Dipo langsung berlutut saat ikan itu sudah mulai mendekat sementara Sans terpana, dia memandang ikan mas itu tanpa berkedip. Pemandangan ganjil yang ada di depannya menelisik hati dan membuat penasaran, Sans menelan ludah, tenggorokannya terasa kering. Ikan sudah ada di depannya, diatasnya terlihat ada kabut tipis atau lebih mirip dengan asap.
Kini muncul rasa takut di hati Sans, tetapi entah mengapa dia seperti terhipnotis dan tetap menatap ikan mas itu. Sans melihat mata ikan itu seperti mata manusia pada umumnya, sinarnya penuh kerinduan dan entah dorongan dari mana ketika Sans bertanya pada ikan itu, "Apa ... Kau ... rindu seseorang?"
Sans melihat ada air yang keluar dan mengalir dari mata ikan itu, lalu dia melirik ke arah Mbah Dipo. Dia lihat Mbaah Dipo masih berlutut seperti semula. Sans berdiam diri. Dia tidak tahu apa yang harus di lakukan juga apa yang harus di tanyakan. Situasi saat ini bagi Sans sangat misteri.
Sans ingin menyibak misteri ini, tetapi dia tidak tahu harus mulai dari mana. Sans berfikir keras, secara nalar ikan itu pasti mati kalau berlama-lama di pinggir danau yang airnya hanya setengah dari tubuhnya. Ikan itu juga berukuran sangat besar, bahkan jika diangkat mungkin harus berdua dengan Mbah Dipo.
Saat sibuk memikirkan misteri ikan di depannya, tiba-tiba Sans teringat sesuatu. Danau Ranukumbolo.
Ya ... aku ingat sekarang.
bersambung ....
#oprec9
#tugaspekan6
#ceritamisteri
#rahasiagunungsemeru
Komentar
Posting Komentar