Langsung ke konten utama

Rahasia Gunung Semeru


Rahasia Gunung Semeru
part V

Saat sibuk memikirkan misteri ikan di depannya, tiba-tiba Sans teringat sesuatu. Danau Ranukumbolo.
"Ya ... aku ingat sekarang," kata Sans setengah berteriak.

Seketika Mbah Dipo membekap mulut Sans, "Jangan katakan apapun! Simpan di sini!" kata Mbah Dipo sambil menunjuk ke arah dadanya.

Sans tidak mengerti, tetapi dia menuruti apa yang di katakan Mbah Dipo, dia diam kemudian menoleh ke arah ikan mas.

Di saat yang bersamaan ikan itu bergerak dengan menggerakkan  ekor dan siripnya, meskipun dari matanya, ikan itu mundur perlahan kemudian berbalik dan menjauh. Melihat ikan yang menjauh Sans merasakan sesuatu di hatinya, meskipun dia tidak mengerti perasaan apa itu. Untuk beberapa saat Sans terpaku melihat tempat dimana ikan itu tiba-tiba menghilang.

Sans terperanjat saat Mbah Dipo menepuk pundaknya, "Ayo, kita lanjutkan perjalanan. Bukankah kamu ingin melihat temanmu?" tanya Mbah Dipo. 

"Si-siapa lagi, Mbah?" tanya Sans tak mengerti.

"Nanti Kamu pasti ingat," jawab Mbah Dipo sambil berdiri dan melangkah menjauhi pinggiran danau menuju semak di sisi timur.

Sans mengikuti sambil berkata, "Saya kembali ke Sumbermujur saja, Mbah."

Mbah Dipo menoleh, "Jika kamu kembali, kamu akan menyesal!" jawabnya kemudian kembali berjalan.

Sans mengikuti tanpa bertanya lagi meskipun dalam hatinya masih belum mengerti. Biarlah dia menurut saja pada Mbah Dipo agar pertanyaan-pertanyaan yang ada di benaknya mendapat jawaban.

Jalan setapak yang terang benderang kembali muncul membelah semak di sana. 'Aneh' gumam Sans.

Maka mereka kembali menyusuri jalan setapak itu. Awalnya datar tetapi seperti sebelumnya jalan itu berubah menanjak. 

"Ini Tanjakan Cinta," kata Mbah Dipo, "Jangan mengingat-ingat orang yang telah pergi," lanjutnya.

"Pergi?" tanya Sans.

"Iya, pergi dari hidupmu," jawab Mbah Dipo sambil terkekeh.

Untuk pertama kalinya Sans melihat Mbah Dipo tertawa dan itu sedikit mengurangi rasa cemasnya. "Mbah Dipo bisa meramal, ya?" tanya Sans pada Mbah Dipo.

"Aku tahu semua hal tentangmu, Sans," jawab Mbah Dipo, "Aku juga tahu siapa kamu sebelum ini," lanjutnya.

"Apa maksudnya, Mbah?" tanya Sans penasaran.

Mendengar pertanyaan itu, Mbah Dipo hanya tersenyum tanpa menjawab dan terus berjalan.

Sementara Sans meskipun penasaran tapi tidak bisa memaksa untuk mendapat jawaban yang diinginkannya. 

Mereka berjalan dalam diam hingga akhirnya sampai di dataran luas. Dataran itu dipenuhi rumput ilalang dan pohon perdu. Dari keadaannya sepertinya tempat ini sering dijadikan tempat istirahat. Di titik-titik tertentu rumput ilalang tidak tumbuh dengan subur dan cenderung menguning bekas injakan dan tertindih benda berat. Sans masih mengikuti Mbah Dipo sambil sesekali menoleh ke kiri dan kanan. Dia juga merasa heran saat mencium bau masakan.

Mbah Dipo berhenti yang kemudian diikuti oleh Sans. Lalu berkata, "Di sinilah pertempuran itu terjadi. Saat itu Kau berhasil mempertahankan tempat ini," 

Lagi-lagi Sans tidak mengerti, tapi kali ini dia enggan bertanya karena tahu jika pun ditanyakan kalau Mbah Dipo tidak bersedia menjawab juga percuma bertanya.

"Coba Kau ingat tempat ini! Aku yakin Kau bisa mengingatnya!" kata Mbah Dipo.

Mendengar perintah pria di depannya, Sans mencoba mengikutinya dengan memejamkan mata berharap ada yang dia ingat walaupun dia yakin belum pernah ke sini karena selalu gagal jika ingin mendaki. Mata Sans masih terpejam saat angin tiba-tiba bertiup menerbangkan daun kering yang kemudian  menyentuh wajah Sans. Sentuhan daun kering itu membuat Sans membuka matanya lalu  berjalan ke sisi Utara.

Sans berjalan dengan perlahan hingga sampai di depan dua buah Arca. Tinggi Arca hampir satu meter dengan warna perak sedikit kusam. Sans  berjongkok kemudian mengusap kepala salah satu Arca itu lalu berkata lirih, "Arca Arcopodo."

bersambung ....

#oprec9
#tugaspekan6
#cerbungmisteri
#rahasiagunungsemeru

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Saya ingin bicara. [6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Saya makin lelah dengan keberadaan saya di penulisan. [6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Jika memang keberadaan saya di penulisan menjadi masalah untuk orang lain, saya akan mundur dengan segera. [6/11/2021 20:47] PB Raka Sena: Terkait siapa pun saya, mohon jangan mencari tahu terlalu banyak. Agama saya, masa lalu saya, status saya rasanya bukan hal penting untuk Teman-teman. Cukup kenali saya sebagai Raka Sena. [6/11/2021 20:47] PB Raka Sena: Jika selama mengenal saya pernah melukai ataupun merugikan Teman-teman, saya mohon maaf. [6/11/2021 20:49] PB Raka Sena: Fabula Publisher bermasalah di hari terakhir pendaftaran. Setelah posting PO kedua Kafaah banyak bermunculan orang-orang yang saya komunikasi pun tidak. [6/11/2021 20:49] PB Raka Sena: Saya merasa tidak merugikan mereka. [6/11/2021 20:50] PB Raka Sena: Fabula Diskusi mengundang member secara terbuka. [6/11/2021 20:50] PB Raka Sena: Saya tidak tahu s...

Panggil Aku Ramadan

Part 2 Seorang ibu duduk dengan terkantuk-kantuk sambil memegang keranjang kecil di pangkuannya. Keranjang berisi sayur-mayur, tahu, tempe, juga sebungkus ikan asin biji nangka. Ibu itu terbangun ketika tib-tiba sopir mengerem secara mendadak. Bahkan keranjang yang dia pegang hampir menindih si anak kecil yang duduk di sebelahnya. Ibu itu menoleh pada anak itu, "Kamu sendirian? Mau ke mana?" tanyanya. "Dari pasar, Cil. Ini mau ke sekolah," jawab anak tersebut.  Empat ibu-ibu naik ke taksi yang mereka tumpangi, salah satunya duduk di sebelah kiri anak tersebut. Sekarang anak itu terjepit diantara dia ibu yang sama-sama memangku bawaan banyak. Sopir taksi kembali melajukan kendaraan. Kali ini sang laju taksi lebih cepat dari sebelumnya.  Jumlah penumpang telah mencapai delapan orang. Bahkan, sekarang taksi telah dipenuhi dengan berbagai macam bawaan penumpang. Bahkan, ada  dua karung bertumpuk di dekat pintu taksi, entah apa isi karung itu. Taksi melaju dengan kencang...