Langsung ke konten utama

Rahman


RAHMAN


Mengingat keadaan orangtua dari anak-anak ini membuat saya merasa iba, bahkan mengingatkan saya pada kesulitan yang pernah saya alami di masa remaja. Ah ... seandainya mampu, saya akan memberikan lebih dari yang sekarang saya lakukan yakni; sekedar meminjamkan handphone untuk melihat vidio materi dan mengirimkan tugas sekolah.

Hari ini untuk kelas lll dan lV waktunya mata  pelajaran PJOK [Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan] dan seperti hari sebelum-sebelumnya maka guru PJOK akan mengirim vidio pembelajaran di wa grup kelas. Anak-anak sangat antusias menonton vidio yang menampilkan guru PJOK mempraktekkan salah satu cabang olahraga yang menggunakan bola besar yakni bola volly.

Biasanya disaat sebagian anak menonton vidio, saya bisa mengajari anak kelas lain dengan mapel berbeda. Ada satu anak--Rahman-- yang sangat membutuhkan perhatian, di kelas empat dia belum juga bisa membaca. Saya sempat menyesal mengapa anak ini saya biarkan saat dua tahun lalu keluar dari Taman Belajar, padahal waktu itu dia sudah mulai bisa membaca dan menulis.

Sewaktu masuk Sekolah Dasar Rahman telah  belajar di Taman Belajar, tetapi entah mengapa si anak tidak lagi datang, bahkan dia juga sering bolos sekolah.  Ternyata ada permasalahan yang menimpa orangtuanya saat itu dan belakangan baru saya ketahui kalau orangtua bercerai. Faktor berpindah tempat tinggal yang menyebabkan dia tidak lagi datang. Ada kalnya dia ikut mamaknya terkadang ikut bapaknya. Tak ayal  jika perhatian yang tidak utuh semakin membuat Rahman hidup tak terarah padahal usianya masih delapan tahun.

Hampir dua tahun berlalu dan Rahman sekarang ikut mamak yang telah menikah lagi dan bersyukurnya bapak sambungnya bersedia memperhatikan Rahman. Bapak sambungnyalah  yang mendorong anakk itu bersedia belajar kembali dan tentu saja dia mengalami ketertinggalan dalam hal pelajaran. 

Melihatnya bersungguh-sungguh belajar, memompa semangat saya untuk mencari cara agar anak ini bisa cepat mengejar ketertinggalan. Saya juga sering berkonsultasi dengan spikolog dan pemerhati anak dari Bandung yang kebetulan satu grup literasi dengan saya. Maklum saya tidak memiliki ilmu tentang spikologi anak.

Beberapa bulan belajar dengan tekun telah menampakkan hasil meskipun sedikit dan itu sudah membuat saya bahagia. Setidaknya apa yang telah saya upayakan mulai menunjukkan hasil dan harapanku anak ini tetap dengan gigih dalam belajar. 

Meskipun bisa dibilang bandel, tetapi Rahman mempunyai sisi baiknya. Anak itu sangat rajin membantu orangtuanya, kadang dia menjaga dua adiknya saat orangtuanya pergi ke kebun, dia juga bisa membatu menyiangi sereh hasil panen yang akan dijual di pasar, dan dia juga sigap saat saya minta tolong pafanya untuk beli sesuatu di warung yang tak jauh dari rumah saya.

Rahman yang kadang bertingkah lucu juga sering mengundang gelak tawa dari teman-temannya, meskipun tingkah lucunya itu mengarah ke tujuan mencari perhatian dari orang sekelilingnya.

Tidak mengapa dia mencari perhatian dari orang sekelilingnya, yang terpenting dia masih bisa diarahkan dan masih mau belajar, bukankah itu hal yang terpenting saat ini?

Selain tingkah lucu dan rajin membantu, di mata saya Rahman juga punya sisi sosial tinggi. Dia sangat ringan tangan dalam membantu teman-temannya, pernah suatu hari ban sepeda salah satu temannya kempes dan dia tidak segan-segan mendorong dan membawa sepeda itu untuk memompanya di rumah tetangga.  

Seperti orang dewasa demikian pula anak-anak pun memiliki sisi baik dan juga sisi buruk. Untuk anak-anak itu  orang dewasa terdekatlah yang harus bisa mengarahkan ke arah yang lebih baik dan semoga Rahman kelak  menjadi anak yang berbakti pada orangtuanya dan bisa mengangkat orangtuanya dari kemiskinan. Amiin.

bersambung ....

#oprec9
#tugaspekan5
#pendidikan
#Rahman









Komentar

Postingan populer dari blog ini

[6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Saya ingin bicara. [6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Saya makin lelah dengan keberadaan saya di penulisan. [6/11/2021 20:45] PB Raka Sena: Jika memang keberadaan saya di penulisan menjadi masalah untuk orang lain, saya akan mundur dengan segera. [6/11/2021 20:47] PB Raka Sena: Terkait siapa pun saya, mohon jangan mencari tahu terlalu banyak. Agama saya, masa lalu saya, status saya rasanya bukan hal penting untuk Teman-teman. Cukup kenali saya sebagai Raka Sena. [6/11/2021 20:47] PB Raka Sena: Jika selama mengenal saya pernah melukai ataupun merugikan Teman-teman, saya mohon maaf. [6/11/2021 20:49] PB Raka Sena: Fabula Publisher bermasalah di hari terakhir pendaftaran. Setelah posting PO kedua Kafaah banyak bermunculan orang-orang yang saya komunikasi pun tidak. [6/11/2021 20:49] PB Raka Sena: Saya merasa tidak merugikan mereka. [6/11/2021 20:50] PB Raka Sena: Fabula Diskusi mengundang member secara terbuka. [6/11/2021 20:50] PB Raka Sena: Saya tidak tahu s...

Panggil Aku Ramadan

Part 2 Seorang ibu duduk dengan terkantuk-kantuk sambil memegang keranjang kecil di pangkuannya. Keranjang berisi sayur-mayur, tahu, tempe, juga sebungkus ikan asin biji nangka. Ibu itu terbangun ketika tib-tiba sopir mengerem secara mendadak. Bahkan keranjang yang dia pegang hampir menindih si anak kecil yang duduk di sebelahnya. Ibu itu menoleh pada anak itu, "Kamu sendirian? Mau ke mana?" tanyanya. "Dari pasar, Cil. Ini mau ke sekolah," jawab anak tersebut.  Empat ibu-ibu naik ke taksi yang mereka tumpangi, salah satunya duduk di sebelah kiri anak tersebut. Sekarang anak itu terjepit diantara dia ibu yang sama-sama memangku bawaan banyak. Sopir taksi kembali melajukan kendaraan. Kali ini sang laju taksi lebih cepat dari sebelumnya.  Jumlah penumpang telah mencapai delapan orang. Bahkan, sekarang taksi telah dipenuhi dengan berbagai macam bawaan penumpang. Bahkan, ada  dua karung bertumpuk di dekat pintu taksi, entah apa isi karung itu. Taksi melaju dengan kencang...

Rahasia Gunung Semeru

Part VII Pria itu menerima gulungan kain dengan hormat, dia juga membungkukkan badannya saat menerima gulungan itu dan perlahan membukanya. Sesaat pria itu melihat Sans dan menarik nafas panjang sebelum mulai membaca dia berkata, "Ini peninggalan Empu Bameswara Tirtayasa  ditulis pada masa Khadiri. Tulisan ini memakai Bahasa Jawa Kuno dengan huruf Kuadrat." tentu saja Tuan sudah lupa. "Lupa?" tanya Sans tidak mengerti. "Kala itu, Tuan adalah panglima kami, junjungan kami, panutan kami, juga pengayom kami," jelas pria itu. "Thihita Ka Rana. Itu selalu Tuan ajarkan pada kami," lanjutnya. Dahi Sans mengernyit, dia sama sekali tidak mengerti. Namun, dia menunggu penjelasan pria itu. "Sikap hidup yang seimbang antara memuja Tuhan dengan mengapdi pada sesama manusia serta mengembangkan kasih sayang pada alam dan lingkungan. Jadi selain hidup rukun dengan sesama manusia, masyarakat juga diajarkan rukun dengan alam," itu yang selalu...