Melihat kejanggalan itu, tanpa pikir panjang Sans mengikuti Mbah Dipo. Dia juga tidak menghiraukan panggilan Puguh. Sans merasa ada kejanggalan pada diribah Dipo dan dia ingin tahu apa yang sebenarnya Mbah Dipo sembunyikan.
Sans mengikuti Mbah Dipo dari jarah agak jauh, dia tidak ingin Mbah Dipo mengetahui keberadaannya. Mbah Dipo terus saja berjalan di jalan setapak menanjak keluar dari hutan bambau menuju semak belukar. Sans terus mengikuti dan tanpa dia sadari dia mengikuti Mbah Dipo yang berjalan menembus semak belukar yang dia lihat sebelumnya.
Jalanan yang terus menanjak tidak terasa sulit bagi Mbah Dipo dan tapi tidak bagi sans, dia kelelahan dan bermaksud kembali ke hutan bambu tempat temannya menunggu. Akan tetapi saat Sans membalikkan badan bermaksud kembali, dia sangat terkejut karena tidak ada jalan yang baru saja dia dan Mbah Dipo lewati. Semua tertutup semak belukar dan rumput menjalar, sedangkan arah Mbah Dipo berjalan tetap terlihat jalan serapak yang terlihat halus pertanda sering dilewati.
Karena di belakang jalannya tertutup, mau tidak mau Sans kembali mengikuti kemana arah Mbah Dipo berjalan sambil sesekali dia menoleh ke kiri dan ke kanan.
Perjalanan serasa sudah lama dan jauh, akan tetapi Mbah Dipo tidak juga berhenti, sementara jalanan semakin menanjak dan sulit. Bahkan Sans sering berpegangan akar pohon untuk menaiki jalanan terjal.
Sans mulai berfikir sebenarnya akan ke mana Mbah Dipo itu.
Semakin memikirkan hal itu Sans pun sedikit khawatir juga takut. Meskipun dia sering mendaki gunung dan camping di hutan-hutan lebat, tetapi dia selalu melakukannya bersama banyak orang dan tidak seperti saat ini yang memasuki hutan dan mendaki seorang diri tanpa peralatan hanya berbekal penasaran pada seseorang.
Sans terus mengikuti Mbah Dipo dengan perasaan campur aduk. Sepanjang jalan dia juga beberapa kali melihat batu besar yang di atasnya tumbuh pohon kecil menyerupai pohon beringin, hal itu membuat Sans semakin heran. Bagaimana bisa pohon tumbuh subur di atas batu, meskipun berukuran kecil.
Sans berjalan. Otak, hati dan kakinya seolah berkerja masing-masing. Saat melihat ke depan Matanya kembali menangkap momen saat Mbah Dipo berpaling ke kiri sambil tersenyum dan tangannya kirinya menggapai-gapai mirip gerakan mengelus pundak seseorang.
Perjalanan semakin menanjak dan terlihat sulit, tetapi kenapa dia sangat mudah mendaki, bahkan tidak ada rasa lelah yang dia rasakan. Berbeda jika dia mendaki bersama teman pendaki lainnya dan ini sangat mengherankan bagi Sans. Sejauh ini Sans juga tidak merasa haus.
Sans menoleh ke belakang, rasa penasaran mendorongnya melakukan itu dan lagi-lagi dia tidak melihat jalan yang baru saja dia lewati melainkan semak belukar.
Kembali Sans melihat arah depan, tetapi dia tidak melihat lagi Mbah Dipo di sana, tetapi matanya menangkap cahaya yang sangat menyilaukan. Cahaya itu bahkan memaksa Sans untuk memejamkan mata dan dia membuka matanya saat dia rasakan tiupan angin yang kencang. Saat membuka matanya pertama yang Sans lihat adalah sebuah danau yang airnya berkilau terpancar sinar matahari.
"Danau ...?" gumamnya, "Kemana, Mbah Dipo, ya?" tanya Sans pada diri sendiri.
Sans mendekati danau seperti terbius oleh indahnya kilau air, sampai di tepi danau, dia berjongkok. Dia menjulurkan kedua tangannya untuk bisa menyentuh air yang terasa dingin dan mendamaikan.
Sans memandang sekeliling, sepi, hanya suara kemerisik daun yang bergoyang diterpa angin. Sans kembali bergumam, "Tempat apa, ini?"
Sans berdiri lalh berkata, "Jalan yang tadi mana, ya? kok hilang?" sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
bersambung ....
#oprec9
#tugaspekan6
#cerbungmisteri
#rahasiagunungsemeru
Komentar
Posting Komentar