Sekolah Di Masa Pandemi
Hari berlalu dengan cepat dan tidak terasa satu tahun lebih pandemi melanda negeri tercinta. Masih saya ingat awal-awal pandemi, dimana anak-anak diliburkan sekolah dan beralih belajar daring. Orang tua mereka sempat kebingungan bagaimana kelanjutan sekolah anak-anak mereka, karena belum mampu membelikan handphone.
Akhirnya saya memakai handphone milik saya untuk sarana belajar mereka, maka mulailah saya menghubungi satu persatu guru mereka dan meminta menbahkan nomer wa saya di grup kelas. Ada dua puluh lima anak yang memakai handphon saya, untungnya beberapa anak ada yang tergabung di kelas yang sama.
Saya tergabung di empat belas kelas dan setiap guru tidak sama cara memberikan materi dan tugas dan laplikasi yang digunakan. Ada yang cukup memakai wa grup, ada yang melalui goegle classroom. Cara memberi materi bermacam-macam ada yang mengirim link youtube, ada yanh mengirim materi berupa pdf, ada mengirim vidio pembelajaran, ada yang memakai rekaman suara. Jujur adanya perbedaan cara memberikan materi itu membuat saya kelabakan, apalagi handphone saya memiliki ram kecil dan sebelumnya saya sudah tergabung di wa grup literasi. Fokus pada materi dan cara meneruskan kepada anak-anak mengakibatkan kehabisan waktu dan tidak bisa mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Di tambah kemampuan anak yang baru bergabung yang ternyata jauh dari perkiraan saya.
Sebelum pandemi saya mengajarkan calistung pada anak-anak mulai sebelum sekolah sehingga saya sudah tahu betul kemampuan dan karakter mereka. Akan tetapi saat pandemi saya terpaksa mererima anak yang sebelumnya tidak pernah belajar pada saya dan hasilnya sangat mencengangkan. Hampir semua anakbyang baru saya terima itu tidak bisa membaca maupun menulis, padahal mereka sudah duduk di kelas tiga dan empat.
Keadaan mereka yang belum bisa membaca dan menulis semakin menyulitkan dan menambah pekerjaan saya. Bagaimana tidak, karena tidak bisa di dekte, maka saya harus membuatkan salinan soal-soal yang dikirim baik secara langsung berupa soal teks, ataupun soal yang berada di vidio materi yang dikirim oleh wali kelas.
Karena saya tidak memiliki mesin printer terpaksa saya menulis ulang di buku yang khusus saya pakai untuk menulis soal dan mereka tinggal menyalin dengan melihat tulisan saya. Kadang saya merasa lucu dengan apa yang saya lakukan, tetapi mau gimana lagi itu satu cara yang paling efektif saat ini yang bisa saya lakukan. Bagi saya terpenting adalah tugas anak-anak bisa mengerjakan tugas dan saya kirim ke wali kelas mereka.
Bicara wali kelas mereka, maka akan banyak yang bisa saya ceritakan. Seperti anak-anak didik mereka, para wali kelas juga bermacam-macam karakter dan kemauan, hingga saya sering sedikit berselisih pendapat dengan salah satu wali kelas itu. Akan tetapi ada juga yang sangat mengerti bahkan memberikan keleluasaan kepada saya untuk bisa membimbing anak-anak dalam mengerjakan tugas.
Suatu hari saya terpaksa mendatangi salah satu wali kelas yang menurut saya terlalu otoriter dan tidak mau mengerti keadaan orangtua dari siswanya. Bagaimana bisa wali kelas mewajibkan setiap siswa untuk mempunyai handphone sendiri tanpa mengerti keadaan ekonomi orangtua siswa. Jangankan untuk membeli handphone, bisa makan sehari tiga kali saja mereka sudah bersyukur.
Hampir semua anak yang belajar di tempat saya memiliki orangtua dengan ekonomi yang sangat pas-pasan. Mereka mengantungkan hasil panen dari kebun dan ada beberapa ibu mereka menjadi buruh cuci.
bersambung ....
#oprec9
#pekan5
#pendidilan
#2Oktober2021
Komentar
Posting Komentar